Aceh, 16 Juli 2024 –Pada hari pertama masuk sekolah tahun ajaran baru di MIN 15 Aceh Barat dan SMP Negeri 1 Woyla Timur , gambar-gambar yang mengharukan muncul, para siswa-siswi terpaksa duduk di lantai karena kekurangan meja dan kursi yang memadai. Situasi ini mencerminkan kondisi yang memprihatinkan, di mana anak-anak terpaksa menghadapi ketidaknyamanan dan keterbatasan yang dapat mengganggu proses belajar mereka.
Jhony Howord, ketua Wahana Generasi Aceh (Wangsa), dengan tegas menyuarakan kekecewaannya terhadap ketimpangan pendidikan di pelosok Aceh Barat. Menurutnya persoalan kurangnya ketersediaan fasilitas bukan cuma terjadi di dua sekolah itu saja, namun yang baru terekspos baru dua sekolah.
“Pendidikan adalah hak setiap anak. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak siswa masih harus menghadapi kondisi yang tidak layak untuk belajar, pemerintah hari ini harus lebih serius dalam mengatasi persoalan pendidikan” ujarnya.
Kekurangan sarana pendidikan ini seharusnya menjadi tanggung jawab bersama untuk diselesaikan dengan segera. Kekurangan kursi bukan hanya sekedar masalah fisik, tetapi juga mencerminkan kurangnya komitmen untuk memberikan akses pendidikan yang setara bagi setiap anak di Aceh Barat sebut Jhony.
Dia juga mengatakan, persoalan ini sudah disampaikan secara langsung terhadap kementrian Agama (Kemenag) Aceh Barat dan Dinas Pendidikan Aceh Barat. Meskipun demikian, kondisi ini tetap memperlihatkan kesulitan yang dihadapi oleh para siswa dalam memulai proses belajar mereka dengan baik.
“Persoalan ini sudah kita sampaikan, dan juga memberikan solusi agar Dinas dan Kemenag mengumpulkan kursi dan meja yang lebih dan layak digunakan dari sekolah lain untuk diberikan terhadap dua sekolah itu” jelas Jhony.
Jhony juga menambahkan, jika solusi mengumpulkan kursi dan meja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sekolah itu maka pihaknya akan mendesak Pj Bupati Aceh Barat untuk menyurati perusahaan agar kebutuhan fasilitas itu bisa diatasi. Beberapa Minggu sebelumnya, Wangsa juga sudah menyampaikan persoalan MIN 15 Aceh Barat ke DPRK tetapi juga tidak digubris secara serius.
“Saya juga jumpai dewan Incumbent dari dapil Panton Reu, ditolak untuk bantu dengan alasan bukan tanggung jawab dewan tetapi urusan pusat, padahal Murid di madrasah juga anak dari masyarakat Aceh Barat bukan anak dari pusat, lantas apa salahnya jika diberikan perhatian yang setara, kita menuntut perhatian untuk anak-anak itu bukan untuk sekolah, tetapi ada dewan yang mengatakan permasalahan Madrasah biarkan urusan pusat bukan urusan dewan daerah ” tegas Jhony Howord.
Jhony juga mengingatkan kepada masyarakat untuk kedepannya memilih pemimpin yang benar-benar mau berbuat untuk masyarakat, jangan memilih pemimpin karena diberikan selembar uang kertas sehingga disaat masyarakat mendapat masalah, tidak ada satupun dari mereka yang benar-benar peduli.
“Sudah cukup masyarakat ditipu, dan sekarang kita lakukan perubahan, dalam waktu dekat ini akan dilaksanakan Pilkada, maka jangan salah memilih pemimpin” tutup Jhony Howord.