Meulaboh, Aceh Barat– Di dalam Forum Grup Diskusi (FGD) yang diadakan di sebuah hotel di Meulaboh pada 18 Oktober 2023, Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian (Diskominsa) Aceh Barat nampak berpuas diri memuji rencana mereka untuk membangun Smart City. Mereka dengan bangga berbicara tentang konektivitas digital yang canggih, tanpa sedikitpun merasa malu mengabaikan fakta kalau banyak sudut Aceh Barat masih terperangkap dalam kegelapan jaringan internet dan telepon.
Diskominsa Aceh Barat nyatanya lebih sibuk membangun citra dari pada infrastruktur. Dalam upaya mereka mempromosikan konsep Smart City, nampak jelas kalau mereka mengabaikan kebutuhan mendasar masyarakat yang masih berjuang dengan keterbatasan akses internet. Janji- janji yang mereka hembuskan dalam bermacam forum cuma sebatas angin yang tidak terealisasi di lapangan. Alangkah lebih baik Diskominsa membuka mata mereka sendiri sebelum memimpikan dunia digital yang belum sempat mereka sentuh.
Ironisnya, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) DPRK Aceh Barat pada 29 Mei 2024, Diskominsa dengan penuh percaya diri menyampaikan janji manis tentang transformasi digital. Tetapi, harapan masyarakat dibiarkan terbuai dengan janji- janji kosong, seolah- olah diludahi oleh kesembronoan Diskominsa yang tidak sanggup penuhi komitmen mereka sendiri. Sungguh miris, betapa mereka lebih pandai dalam retorika dari pada aksi nyata yang diperlukan oleh rakyat yang mereka layani.
Saat ini, Diskominsa cuma sebatas mengantarkan aspirasi kepada manajer NOP Telkomsel daerah Aceh, sementara sebelumnya mereka berjanji hendak beraudiensi dengan Wakil Menteri Kominfo. Langkah ini menunjukkan minimnya komitmen dan intensitas dalam menuntaskan permasalahan yang sebenarnya. Warga Aceh Barat berhak memperoleh atensi yang lebih nyata daripada semata- mata retorika yang tidak membumi.
Lebih parah lagi, ketidakmampuan Diskominsa dalam memenuhi komitmen mereka sudah mengikis kepercayaan masyarakat. Setiap janji yang dilontarkan tanpa tindak lanjut yang konkret semakin mempertegas jarak antara harapan dan kenyataan. Masyarakat Aceh Barat sangat lama hidup dengan harapan- harapan palsu yang dilontarkan oleh pejabat yang seharusny melayani mereka. Janji untuk memperbaiki infrastruktur digital sudah menjadi omong kosong yang tidak pernah direalisasikan.
Jika memang Diskominsa ingin mewujudkan Aceh Barat yang terhubung secara digital, maka jangan terlalu banyak berangan-angan. Masyarakat tidak perlu janji- janji kosong, mereka perlu aksi nyata. Merupakan tugas Diskominsa untuk memastikan bahwa setiap sudut Aceh Barat memperoleh akses yang sama terhadap teknologi dan informasi.
Permasalahan serupa di Nagan Raya sepatutnya jadi contoh kalau penyedia layanan sanggup di paksa bertanggung jawab. Diskominsa wajib jemput bola bukan menunggu bola. Masyarakat menunggu Diskominsa mengakhiri dongeng yang sedang berjalan ini.
Sebuah paradoks yang mencolok dalam konsep Smart City Aceh Barat ketika kota berupaya membangun infrastruktur teknologi tinggi serta konektivitas digital yang maju, sedangkan di daerah- daerah pedalaman ataupun pelosok, akses internet masih sangat sedikit apalagi tidak ada sama sekali. Perihal ini memunculkan pertanyaan fundamental tentang kesetaraan akses teknologi di dalam suatu wilayah yang lagi direncanakan untuk tumbuh berkembang menjadi Smart City. Bagaimana dapat suatu kota jadi “pintar” secara totalitas bila sebagian besar penduduknya masih terbatas dalam mengakses sumber energi digital? Atau kota pintar itu cuma hak mereka yang tinggal di Meulaboh?
Moral pemimpin itu malu, malu disaat jabatan yang di emban tidak mampu dipenuhi apalagi sampai berdampak terhadap masyarakat luas. Namun, apakah tubuh Diskominsa Aceh Barat saat ini sudah tidak bermoral atau hilang akal sehingga tidak mampu berfikir secara rasional terhadap kepentingan masyarakat.
Jika memang Diskominsa tidak mampu mengembankan jabatan yang mereka duduki saat ini lebih baik mereka turun dari jabatan- nya, supaya letaknya dapat diisi oleh mereka yang benar-benar menguasai serta berkomitmen pada kebutuhan digital masyarakat. (PR)